Jumat, 12 April 2013

JURNAL



BAB I
PENDAHULUAN
1.1            Latar Belakang
Hasil evaluasi TIMSS (NCES, 2000) mengungkapkan bahwa skor rata-rata matematika siswa di Indonesia adalah 403 dan menduduki peringkat ke-34 dari 38 negara yang menjadi sampel. Berdasarkan hasil evaluasi TIMSS(NCES, 2003) skor rata-rata matematika untuk siswa kelas VIII di Indonesia adalah 411, dan menduduki peringkat ke-34 dari 46 negara yang menjadi sampel. Hal ini sejalan dengan Wahyudin (1999), yang menemukan bahwa rata-rata tingkat penguasaan matematika siswa dalam mata pelajaran matematika adalah 19,4 % (dari yang dituntut      100 %) dengan simpangan baku 9,8 %).
Kualitas guru adalah salah satu penyebab terhadap ketidakmampuan siswa pada matematika menurut sebagian ahli. Sebagian ahli yang lain berpendapat bahwa penyebab itu adalah lebih ke kurikulumnya. Selain itu sebagian ahli lainnya mengklaim bahwa design instrumen evaluasilah yang merupakan penyebab kualitas penguasaan matematika siswa yang rendah (Arifin, 2005 ). Kelemahan penguasaan materi matematika yang masih rendah kemungkinan disebabkan pada faktor sumber daya manusia yaitu siswa dan guru atau mahasiswa dan dosen.
Hudoyo ( 1988 ) menyatakan bahwa jika pengajar tidak menguasai berbagai cara penyampaian, maka ia hanya akan mengejar penyelesaian bahan yang diajarkan tanpa memperhatikan kemampuan dan kesiapan peserta didik. Hal seperti itu dapat menimbulkan kesulitan peserta didik dalam memahami materi pembelajaran matematika sehingga menimbulkan keengganan, bahkan mungkin dapat memunculkan sikap frustasi dalam diri peserta didik. Menurut Sumarmo ( 1994 ) sebagian besar guru matematika menyajikan materi matematika hanya bersifat algoritmis dan kurang menggali kemampuan siswa untuk bernalar. Guru hanya mengarahkan pengembangan daya matematik tingkat rendah dan belum mengembangkan kemampuan tingkat tinggi.
Kemampuan berpikir kreatif dan aplikasi matematik perlu untuk ditingkatkan sehingga diperlukan guru yang mampu melaksanakan pembelajaran secara terstruktur. Guru perlu mengembangkan pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan aplikasi matematik. Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai untuk tugas ini adalah pembelajaran Open-Ended.
Salah satu pertimbangan memilih pembelajaran Open-ended karena pembelajaran ini hampir sama dengan pemecahan masalah hanya terdapat sedikit perbedaan. Pada pembelajaran dengan pendekatan Open-Ended digunakan cara penyelesaiannya maupun jawabannya tidak tunggal. Sedangkan pemecahan masalah matematika merupakan salah satu unsur dari daya matematika tingkat tinggi (Sumarmo,2007), untuk selanjutnya berpikir kreatif dan kemampuan aplikatif sudah termasuk dalam daya matematika tingkat tinggi. Oleh karena itu, pembelajaran menggunakan pendekatan Open-Ended ada kaitannya dengan kemampuan berpikir kreatif dan kemampuan aplikatif.
Kemampuan membedakan berbagai jenis masalah dan peranannya dapat dikembangkan melalui pembelajaran dengan pendekatan berbasis masalah. Lebih lanjut, guru perlu melengkapi pengetahuan dan pemahaman, untuk dapat memilih atau bahkan membuat bentuk-bentuk aktivitas berpikir dalam pelajaran matematika. Berdasarkan literatur yang sistematis mengenai pemecahan masalah dan penggunaan masalah dalam penelitian yang dilakukan oleh foong (1990), pada skema klasifikasi untuk jenis masalah berbeda yang sedang didorong untuk menuju abad 21. Dalam skema ini pada dasarnya kebanyakan masalah dapat secara luas diklasifikasikan sebagai “terbuka” atau “tertutup” dalam struktur. Masalah dalam skema klasifikasi ini memiliki peranan yang berbeda dalam instruksi matematika seperti pengajaran untuk pemecahan masalah atau mengajarkan melalui pemecahan masalah.
Pertimbangan lain, sejalan dengan himbauan kurikulum 2004 dan Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) yang mengemukakan bahwa diharapkan dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematiika di mulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi, dan mengajukan masalah-masalah yang terbuka. Lebih lanjut, siswa secara bertahap dibimbing untuk menguasai konsep-konsep matematika.
1.2            Rumusan Masalah
1.     Metode  apakah yang di gunakan dalam Penelitian yang dilakukan?
2.     Bagaimanakah perbedaan pendekatan Open-Ended (POE) dibandingkan dengan siswa yang belajar matematika dengan menggunakan pendekatan matematika konvensional (PMK)?
3.     Bagaimanakah hasil pembelajaran setelah diterapkannya pendekatan open-ended dan pendekatan matematika konvensional tersebut?
1.3            Tujuan
Penelitian ini dilakukan untuk mencari jawaban tentang permasalahan perbedaan sikap siswa terhadap matematika antara siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan Open-Ended (POE) dibandingkan dengan siswa yang belajar matematika dengan menggunakan pendekatan matematika konvensional (PMK) ditinjau dari:
1.     Keseluruhan siswa
2.     Kemampuan matematika siswa (tinggi,sedang dan rendah) dan melihat interaksi antar faktor pembelajaran dengan kemampuan siswa dalam hal sikap positif siswa terhadap matematika?
   Definisi operasional yang digunakan pada penelitian adalah:
1.     Siswa siswa terhadap matematika adalah kecenderungan seseorang untuk merespon positif atau negatif terhadap mata pelajaran matematika.
2.     Pendekatan Open-Ended (POE) adalah suatu pendekatan pembelajaran matematika dengan karakteristik: menggunakan pemecahan masalah, banyaknya jawaban yang benar lebih dari 1, dipecahkan dalam cara berbeda dan level berbeda, memberi siswa ruang untuk pembuatan keputusan sendiri dan cara berpikir matematik alami, mengembangkan keterampilan menalar dan komunikasi dan membuka kreatifitas dan imajinasi siswa ketika berhubungan dengan konteks kehidupan nyata.
3.     Pembelajaran secara konvensional adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru seperti yang dilaksanakan sehari-hari. Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Pendekatan pembelajaran bersifat struktural, dimulai dari menjelaskan konsep,prinsip dan lambang (notasi) kemudian dilanjutkan pemberian contoh soal dan jawabannya.








BAB II
METODE PENELITIAN
Penelitian ini merupakan penelitian eksperimen dengan design kelompok kontrol protes-protes atau two groups pretest-pottset (Ruseffendi, 1998). Subjek penelitian terdiri atas kelompok eksperimen (2 kelas, 66 orang) dan kelompok kontrol (2 kelas, 67 orang). Variabel bebas adalah Pendekatan Pembelajaran berupa pendekatan Open-Ended (POE) dan pendekatan pembelajaran matematika konvensional (PMK).
            Perbedaan sikap terhadap matematika setelah dilakukan pembelajaran dengan pendekatan open-ended diungkapkan melalui design penelitian sebagai berikut:
            A         O         X         O
Keterangan :
A: Sampel yang dipilih secara acak;
B: Tes (pretes dan postes)
X: Pembelajaran dengan pendekatan open-ended
Tabel 1. Rangkuman Uji Mann-Whitney Kelompok Data SMA dan SMB
Pendekatan Pembelajaran
Sikap terhadap Matematika
Perbedaan Rata-rata
U
p
HO
SMA;SMB
30,7576>30,3134
1698,00
0,018
TOLAK



Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP di Kabupaten Kulon Progo, Daerah Istimewa Yogyakarta. Sekolah yang terpilih secara acak adalah SMP Negeri 02 Pengasih sebagai sampel penelitian. Tekhnik pengambilan sampel yaitu dengan cluster sampling.
Pengelolaan data diawali dengan menguji persyaratan statistik yang diperlukan sebagai dasar dalam pengujian hipotesis antara lain uji normalitas dan data homogenitas varian baik secara menyeluruh maupun bagian-bagiannya. Kemudian dilanjutkan uji statistik yang relevan dengan permasalahannya dengan menggunakan program SPSS 13. Uji statistik yang digunakan antara lain: Uji t atau uji Mann-Whitney, dan Uji Anova dua jalur.













BAB III
HASIL PENELITIAN Dan PEMBAHASAN

            Data siswa terhadap matematika pada kelompok eksperimen (SMA) dan kelompok kontrol (SMB) mempunyai varians yang homogen namun distribusi kelompok data SMA tidak normal, sedangkan kelompok data SMB berdistribusi normal, maka untuk mengetahui signifikansi perbedaan rata-rata kedua kelompok data itu dihitung dengan uji Mann-Whitney. Rangkuman hasil perhitungan Mann-Whitney diperlihatkan pada Tabel 1.
            Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai U sebesar 1698,00 dan p = 0,018. Nilai p ini lebih kecil dari taraf signifikan 0,05 sehinggan dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan tidak terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok data sikap terhadap matematika SMA dengan SMB ditolak. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok SMA dengan SMB.
            Hasil di bawah ini menunjukkan bahwa siswa yang pembelajarannya dengan menggunakan pendekatan matematika open-ended (POE) memiliki sikap terhadap matematika yang lebih baik dari siswa yang pembelajarannya dengan pendekatan matematika konvensional (PMK). Nilai F untuk interaksi faktor pembelajaran dan kemampuan matematika siswa sebesar 0,515 dengan nilai signifikansi sebesar 0,599 seperti ditunjukkan pada tabel 2. Nilai signifikansi ini lebih besar dari taraf signifikansi 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan tidak ada interaksi antara faktor pembelajaran (POE dan PMK) dengan faktor kemampuan matematika siswa (tinggi,sedang,rendah) diterima.



Tabel 2. Rangkuman uji Anova Dua Jalur Interaksi Sikap terhadap
Matematika Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Faktor
Kemampuan Matematika Siswa
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent Variable :SkpPemMM
Source
Type III Sum of Squares
df
Mean Square
F
Sig.
Corrected Model
71,599
5
14,320
8,210
0,000
Intercept
99492,159
1
99492,159
57045,401
0,000
Pembelajaran
10,386
1
10,386
5,955
0,016
KempSis
56,408
2
28,204
16,171
0,000
Pembelajaran*KempSis
1,796
2
0,898
0,515
0,599
Error
221,499
127
1,744


Total
125454,000
133



Correct Total
293,098
132



a.      R Squared = 0,244 (Adjusted R Squared = 0,215)
Kesimpulan yang dapat diungkap dari Tabel 2 adalah:
a.    Hasil perhitungan nilai F untuk interaksi pembelajaran dan kemampuan matematika siswa diperoleh nilai sebesar 0,515 dan p = 0,599. Nilai p ini lebih besar dari taraf signifikan sebesar 0,05, sehinggaga dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan tidak ada interaksi antara faktor pembelajaran yang diberikan (POE dan PMK) dengan faktor kemampuan matematika siswa ( tinggi, sedang, rendah) diterima. Ini berarti bahwa rata-rata sikap siswa terhadap matematika siswa dengan kemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah yang diajar melalui pembelajaran dengan POE tidak berbeda secara signifikan dengan yang diajar melalui pembelajaran dengan pendekatan PMK.
b.   Hasil perhitungan nilai F untuk faktor kemampuan matematika siswa sebesar 16,171 dan p = 0,000. Nilai p ini lebih kecil dari taraf signifikan 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan tidak terdapat perbedaan sikap siswa terhadap matematika yang signifikan antar kelompok siswa dengan tingkat kemampuan matematika yang berbeda ditolak. Ini berarti terdapat perbedaan sikap siswa terhadap matematika yang signifikan antara siswa berkemampuan tinggi, sedang dan rendah.
c.    Hasil perhitungan nilai F untuk faktor pembelajaran sebesar 5,955 dan p = 0,016. Nilai p ini lebih kecil taraf signifikan0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan tidak terdapat perbedaan sikap siswa terhadap matematika yang signifikan berdasarkan faktor pembelajaran ditolak. Dengan kata lain terdapat perbedaan sikap siswa terhadap matematika yang signifikan antar siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran berbeda.
Gambar 1 di bawah ini menunjukkan bahwa pembelajaran POE sesuai untuk semua tingkat kemampuan matematika bagi siswa (tinggi, sedang, dan rendah ) dan siswa dengan kemampuan matematika yang tinggi akan dapat memperoleh manfaat yang terbesar dalam pembelajaran berdasarkan pendekatan POE jika dibandingkan dengan siswa yang memiliki kemampuan matematika sedang dan kemampuan matematika rendah. Hal ini dapat juga ditunjukkan melalui selisih rata-rata skor sikap siswa terhadap kemampuan matematika antara siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan melalui POE dan PMK berturut-turut siswa berkemampuan rendah ( 0,6190), sedang (0,3274) dan tinggi (0,9371).
Pendekatan pembelajaran yang lebih baik dalam meningkatkan sikap siswa SMP terhadap matematika berdasarkan tingkat kemampuan matematika siswa dapat diketahui melalui uji statistik dengan menggunakan uji t atau uji Mann-Whitney. Hasil dari perhitungan uji t dirangkum pada tabel 3.




Estimated Marginal Means of SkpPemMM

32
31
30
29
Text Box: Estimated Marginal Means 









                          Rendah                           sedang                                   Tinggi
Keterangan :
Pembelajaran
_____           POE
_____           PMK
Gambar 1. Interaksi Faktor Pembelajaran dan Kemampuan Matematika Siswa terhadap  Sikap Siswa pada Matematika.





Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji t atau Uji Mann-Whitney Pengaruh
Pendekatan
Pembelajaran Berdasarkan Sikap Siswa Terhadap Matematika
Tingkat Kemampuan Siswa
Pendekatan Pembelajaran
Sikap terhadap Matematika
Perbedaan Rata-rata
t atau U
p
H0
Tinggi
SMA;SMB
32,0909 > 31,1538
49,500
0,207
Terima
Sedang
SMA;SMB
31,0244 > 30,6970
547,500
0,144
Terima
Rendah
SMA;SMB
30,0000 > 29,3810
1,504
0,142
Terima
H0 : Tidak terdapat perbedaan sikap terhadap matematika antara pembelajaran yang digunakan, berdasarkan kemampuan matematika siswa.
            Tabel 3 di atas dapat memperlihatkan bahwa hasil dari perhitungan nilai U untuk kelompok kemampuan matematika siswa tinggi dan sedang berturut-turut sebesar 49,500 dan 547,500 dengan nilai p masing-masing sebesar 0,207 dan 0,144. Nilai p ini lebih besar dari taraf signifikan 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan tidak terdapat perbedaan sikap siswa terhadap matematika antar pembelajaran yang digunakan berdasarkan kemampuan matematika siswa diterima. Pendekatan matematika open-ended (POE) sama dengan pendekatan matematika konvensional (PMK) dalam meningkatkan sikap siswa terhadap matematika pada tingkat kemampuan matematika siswa tinggi dan sedang.
            Siswa dengan kemampuan matematika rendah diperoleh nilai t sebesar 1,504 dengan nilai p sebesar 0,142. Nilai p ini lebih besar dari taraf signifikan 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan tidak terdapat perbedaan sikap siswa terhadap matematika antar pembelajaran yang digunakan berdasarkan kemampuan matematika siswa diterima. Siswa berkemampuan matematika rendah yang diajar berdasarkan pendekatan matematika open-ended (POE) memiliki sikap positif terhadap matematika yang tidak berbeda secara signifikan dibandingkan dengan siswa berkemampuan matematika yang sama tetapi diajar berdasarkan pendekatan matematika konvensional (PMK).
            Sikap siswa terhadap matematika berupa sikap yang memuat sembilan komponen yaitu:
a.    Kepercayaan diri dalam belajar matematika
b.   Kecemasan dalam belajar matematika
c.    Kegunaaan matematika
d.   Sikap terhadap keberhasilan
e.    Dorongan untuk berhasil dalam matematika
f.    Persepsi terhadap sikap dan dorongan guru matematika
g.   Persepsi terhadap sikap dan dorongan ibu
h.   Dorongan terhadap pendekatan pembelajaran yang digunakan.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa secara umum sikap siswa terhadap matematika cukup positif. Komponen sikap terhadap keberhasilan (d) mempunyai rata-rata skor tertinggi baik untuk POE (3,67) maupun PMK (3,45), hal ini menunujukkan bahwa siswa memiliki sikap lebih positif dan menghargai terhadap keberhasilan dalam kehidupan sehari-hari. Rata-rata skor terendah pada komponen kecemasan dalam belajar matematika (b) untuk POE (3,15) dan PMK (3,25), serta komponen dorongan untuk berhasil dalam matematika (e) untuk PMK (3,25).
Siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan pendekatan open-ended (POE)  mempuyai sikap terhadap matematika lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan pendekatan konvensional (PMK). Hal ini terlihat dari perbedaan rata-rata skor sikap siswa yang pembelajarannya berdasarkan pendekatan open-ended, POE sebesar 30,7576 lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran berdasarkan pendekatan konvensional, PMK sebesar 30,3134.
Sikap siswa yang ditinjau berdasarkan pada kelompok tinggi, sedang dan rendah memiliki perbedaan perolehan skor yang relatif sama antara siswa yang pembelajarannya berdasarkan pendekatan matematika open-ended dengan siswa yang pembelajarannya berdasarkan pendekatan matematika konvensional. Perolehan terbesar pada kelompok matematika tinggi yakni 32,09 dan 31,15; kelompok sedang sebesar 31,02 dan 30,69; kemudian kelompok rendah sebesar 30,00 dan 29,38. Temuan ini menggambarkan bahwa dengan menerapkan pendekatan matematika open-ended dalam proses pembelajaran matematika bagi siswa sekolah menengah pertama berpeluang dapat mengupayakan sikap yang baik terhadap matematika.
Peninjuan terhadap aspek sikap terhadap matematika diketahui bahwa siswa memiliki 7 aspek sikap baik terhadap matematika melalui pembelajaran dengan pendekatan open-ended dibanding 2 aspek untuk pembelajaran konvensional. Aspek sikap positif terhadap matematika yang lebih baik dimaksud adalah (c) kegunaan matematika. (d) sikap terhadap keberhasilan, (e) dorongan untuk berhasil dalam matematika, (f) persepsi terhadap sikap guru, (g) persepsi terhadap dorongan guru mateamtika, (h) persepsi terhadap sikap dan dorongan ibu, (i) dorongan terhadap pendekatan pembelajaran yang digunakan.
Penelitian mengungkapkan bahwa tidak terjadi interaksi antara faktor pembelajaran dengan faktor kemampuan matematika siswa terhadap sikap siswa terhadap terhadap matematika. Siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan pendekatan open-ended (POE) mempunyai sikap terhadap matematika lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika konvensional (PMK). Temuan ini mengisyaratkan tentang pentingnya pembelajaran matematika dengan pendekatan open-ended di sekolah menengah pertama. Faktor kemampuan siswa yang ditinjau menunjukkan bahwa pembelajaran matematika open-ended dapat mengupayakan sikap siswa terhadap matematika yang berbeda. Kemampuan matematika awal siswa yang semakin baik akan memungkinkan keberhasilan penerapan pendekatan open-ended dalam mengupayakan sikap positif siswa terhadap matematika. Upaya penyiapan kemampuan awal siswa dalam belajar matematika dengan pendekatan open-ended (POE) perlu dilakukan agar siswa memiliki sikap yang lebih baik terhadap mateamatika itu sendiri.
BAB III
KESIMPULAN dan SARAN

3.1 Kesimpulan
                Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a.      Siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan pendekatan open-ended mempunyai sikap terhadap matematika lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika konvensional.
b.     Siswa berkemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah yang memperoleh pembelajaran matematika dengan pendekatan open-ended mempuyai sikap terhadap tidak berbeda secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan pendekatan konvensional.
c.      Interaksi tidak terjadi antara faktor pembelajaran dengan faktor kemampuan matematika siswa dalam hal sikap terhadap matematika.
3.2  Saran
a.    Penelitian ini menunjukkan bahwa pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended dapat menumbuhkan sikap positif terhadap matematika.
b.   Bahan ajar yang lebih menarik perlu dirancang berdasarkan permasalahan terbuka yang merupakan syarat awal yang harus dipenuhi sebagai pembuka belajar maupun rangsangan awal dalam proses pembelajaran yang dilaksanakan untuk menunjang keberhasilan implementasi pendekatan POE.
c.    Populasi yang digunakan dalam penelitian ini terbatas pada siswa SMP. Penelitian lanjutan perlu dilakukan untuk mengetahui pengaruh pendekatan open-ended terhadap sikap positif siswa terhadap matematika bagi siswa pada tingkat yang lain.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar