BAB
I
PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Hasil evaluasi TIMSS (NCES, 2000)
mengungkapkan bahwa skor rata-rata matematika siswa di Indonesia adalah 403 dan
menduduki peringkat ke-34 dari 38 negara yang menjadi sampel. Berdasarkan hasil
evaluasi TIMSS(NCES, 2003) skor rata-rata matematika untuk siswa kelas VIII di
Indonesia adalah 411, dan menduduki peringkat ke-34 dari 46 negara yang menjadi
sampel. Hal ini sejalan dengan Wahyudin (1999), yang menemukan bahwa rata-rata
tingkat penguasaan matematika siswa dalam mata pelajaran matematika adalah 19,4
% (dari yang dituntut 100 %) dengan
simpangan baku 9,8 %).
Kualitas guru adalah salah satu penyebab
terhadap ketidakmampuan siswa pada matematika menurut sebagian ahli. Sebagian
ahli yang lain berpendapat bahwa penyebab itu adalah lebih ke kurikulumnya.
Selain itu sebagian ahli lainnya mengklaim bahwa design instrumen evaluasilah
yang merupakan penyebab kualitas penguasaan matematika siswa yang rendah
(Arifin, 2005 ). Kelemahan penguasaan materi matematika yang masih rendah
kemungkinan disebabkan pada faktor sumber daya manusia yaitu siswa dan guru
atau mahasiswa dan dosen.
Hudoyo ( 1988 ) menyatakan bahwa jika
pengajar tidak menguasai berbagai cara penyampaian, maka ia hanya akan mengejar
penyelesaian bahan yang diajarkan tanpa memperhatikan kemampuan dan kesiapan
peserta didik. Hal seperti itu dapat menimbulkan kesulitan peserta didik dalam
memahami materi pembelajaran matematika sehingga menimbulkan keengganan, bahkan
mungkin dapat memunculkan sikap frustasi dalam diri peserta didik. Menurut
Sumarmo ( 1994 ) sebagian besar guru matematika menyajikan materi matematika
hanya bersifat algoritmis dan kurang menggali kemampuan siswa untuk bernalar.
Guru hanya mengarahkan pengembangan daya matematik tingkat rendah dan belum mengembangkan
kemampuan tingkat tinggi.
Kemampuan berpikir kreatif dan aplikasi
matematik perlu untuk ditingkatkan sehingga diperlukan guru yang mampu
melaksanakan pembelajaran secara terstruktur. Guru perlu mengembangkan
pembelajaran yang dapat mengembangkan kemampuan berpikir kreatif dan aplikasi
matematik. Salah satu pendekatan pembelajaran yang sesuai untuk tugas ini
adalah pembelajaran Open-Ended.
Salah satu pertimbangan memilih
pembelajaran Open-ended karena pembelajaran ini hampir sama dengan pemecahan
masalah hanya terdapat sedikit perbedaan. Pada pembelajaran dengan pendekatan
Open-Ended digunakan cara penyelesaiannya maupun jawabannya tidak tunggal.
Sedangkan pemecahan masalah matematika merupakan salah satu unsur dari daya
matematika tingkat tinggi (Sumarmo,2007), untuk selanjutnya berpikir kreatif
dan kemampuan aplikatif sudah termasuk dalam daya matematika tingkat tinggi.
Oleh karena itu, pembelajaran menggunakan pendekatan Open-Ended ada kaitannya dengan kemampuan berpikir kreatif dan
kemampuan aplikatif.
Kemampuan membedakan berbagai jenis
masalah dan peranannya dapat dikembangkan melalui pembelajaran dengan
pendekatan berbasis masalah. Lebih lanjut, guru perlu melengkapi pengetahuan
dan pemahaman, untuk dapat memilih atau bahkan membuat bentuk-bentuk aktivitas
berpikir dalam pelajaran matematika. Berdasarkan literatur yang sistematis
mengenai pemecahan masalah dan penggunaan masalah dalam penelitian yang
dilakukan oleh foong (1990), pada skema klasifikasi untuk jenis masalah berbeda
yang sedang didorong untuk menuju abad 21. Dalam skema ini pada dasarnya
kebanyakan masalah dapat secara luas diklasifikasikan sebagai “terbuka” atau
“tertutup” dalam struktur. Masalah dalam skema klasifikasi ini memiliki peranan
yang berbeda dalam instruksi matematika seperti pengajaran untuk pemecahan
masalah atau mengajarkan melalui pemecahan masalah.
Pertimbangan lain, sejalan dengan
himbauan kurikulum 2004 dan Badan Standar Nasional Pendidikan (2006) yang
mengemukakan bahwa diharapkan dalam setiap kesempatan, pembelajaran matematiika
di mulai dengan pengenalan masalah yang sesuai dengan situasi, dan mengajukan
masalah-masalah yang terbuka. Lebih lanjut, siswa secara bertahap dibimbing
untuk menguasai konsep-konsep matematika.
1.2
Rumusan
Masalah
1. Metode apakah yang di gunakan dalam Penelitian yang
dilakukan?
2. Bagaimanakah
perbedaan pendekatan Open-Ended (POE) dibandingkan dengan siswa yang belajar
matematika dengan menggunakan pendekatan matematika konvensional (PMK)?
3. Bagaimanakah
hasil pembelajaran setelah diterapkannya pendekatan open-ended dan pendekatan
matematika konvensional tersebut?
1.3
Tujuan
Penelitian ini dilakukan untuk mencari
jawaban tentang permasalahan perbedaan sikap siswa terhadap matematika antara
siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan Open-Ended (POE) dibandingkan
dengan siswa yang belajar matematika dengan menggunakan pendekatan matematika
konvensional (PMK) ditinjau dari:
1. Keseluruhan
siswa
2. Kemampuan
matematika siswa (tinggi,sedang dan rendah) dan melihat interaksi antar faktor
pembelajaran dengan kemampuan siswa dalam hal sikap positif siswa terhadap
matematika?
Definisi operasional yang digunakan pada
penelitian adalah:
1. Siswa
siswa terhadap matematika adalah kecenderungan seseorang untuk merespon positif
atau negatif terhadap mata pelajaran matematika.
2. Pendekatan
Open-Ended (POE) adalah suatu pendekatan pembelajaran matematika dengan
karakteristik: menggunakan pemecahan masalah, banyaknya jawaban yang benar
lebih dari 1, dipecahkan dalam cara berbeda dan level berbeda, memberi siswa
ruang untuk pembuatan keputusan sendiri dan cara berpikir matematik alami,
mengembangkan keterampilan menalar dan komunikasi dan membuka kreatifitas dan
imajinasi siswa ketika berhubungan dengan konteks kehidupan nyata.
3. Pembelajaran
secara konvensional adalah pembelajaran yang dilakukan oleh guru seperti yang
dilaksanakan sehari-hari. Pembelajaran dilaksanakan dengan menggunakan metode
ceramah, tanya jawab, dan pemberian tugas. Pendekatan pembelajaran bersifat
struktural, dimulai dari menjelaskan konsep,prinsip dan lambang (notasi)
kemudian dilanjutkan pemberian contoh soal dan jawabannya.
BAB
II
METODE
PENELITIAN
Penelitian
ini merupakan penelitian eksperimen dengan design kelompok kontrol
protes-protes atau two groups pretest-pottset (Ruseffendi, 1998). Subjek
penelitian terdiri atas kelompok eksperimen (2 kelas, 66 orang) dan kelompok
kontrol (2 kelas, 67 orang). Variabel bebas adalah Pendekatan Pembelajaran
berupa pendekatan Open-Ended (POE) dan pendekatan pembelajaran matematika
konvensional (PMK).
Perbedaan sikap terhadap matematika
setelah dilakukan pembelajaran dengan pendekatan open-ended diungkapkan melalui
design penelitian sebagai berikut:
A O X O
Keterangan
:
A: Sampel yang dipilih secara acak;
B: Tes (pretes dan postes)
X: Pembelajaran dengan pendekatan open-ended
Tabel 1. Rangkuman
Uji Mann-Whitney Kelompok Data SMA dan SMB
Pendekatan Pembelajaran
|
Sikap terhadap Matematika
|
|||
Perbedaan Rata-rata
|
U
|
p
|
HO
|
|
SMA;SMB
|
30,7576>30,3134
|
1698,00
|
0,018
|
TOLAK
|
Populasi
dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMP di Kabupaten Kulon Progo, Daerah
Istimewa Yogyakarta. Sekolah yang terpilih secara acak adalah SMP Negeri 02
Pengasih sebagai sampel penelitian. Tekhnik pengambilan sampel yaitu dengan
cluster sampling.
Pengelolaan
data diawali dengan menguji persyaratan statistik yang diperlukan sebagai dasar
dalam pengujian hipotesis antara lain uji normalitas dan data homogenitas
varian baik secara menyeluruh maupun bagian-bagiannya. Kemudian dilanjutkan uji
statistik yang relevan dengan permasalahannya dengan menggunakan program SPSS
13. Uji statistik yang digunakan antara lain: Uji t atau uji Mann-Whitney, dan
Uji Anova dua jalur.
BAB III
HASIL PENELITIAN Dan PEMBAHASAN
Data siswa terhadap matematika pada
kelompok eksperimen (SMA) dan kelompok kontrol (SMB) mempunyai varians yang
homogen namun distribusi kelompok data SMA tidak normal, sedangkan kelompok
data SMB berdistribusi normal, maka untuk mengetahui signifikansi perbedaan
rata-rata kedua kelompok data itu dihitung dengan uji Mann-Whitney. Rangkuman
hasil perhitungan Mann-Whitney diperlihatkan pada Tabel 1.
Tabel 1 menunjukkan bahwa nilai U
sebesar 1698,00 dan p = 0,018. Nilai p ini lebih kecil dari taraf signifikan
0,05 sehinggan dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan tidak terdapat
perbedaan yang signifikan antara kelompok data sikap terhadap matematika SMA
dengan SMB ditolak. Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok SMA
dengan SMB.
Hasil di bawah ini menunjukkan bahwa
siswa yang pembelajarannya dengan menggunakan pendekatan matematika open-ended
(POE) memiliki sikap terhadap matematika yang lebih baik dari siswa yang
pembelajarannya dengan pendekatan matematika konvensional (PMK). Nilai F untuk
interaksi faktor pembelajaran dan kemampuan matematika siswa sebesar 0,515
dengan nilai signifikansi sebesar 0,599 seperti ditunjukkan pada tabel 2. Nilai
signifikansi ini lebih besar dari taraf signifikansi 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan tidak ada interaksi antara
faktor pembelajaran (POE dan PMK) dengan faktor kemampuan matematika siswa
(tinggi,sedang,rendah) diterima.
Tabel
2. Rangkuman uji Anova Dua Jalur Interaksi Sikap terhadap
Matematika
Berdasarkan Faktor Pembelajaran dan Faktor
Kemampuan
Matematika Siswa
Tests of Between-Subjects Effects
Dependent
Variable :SkpPemMM
Source
|
Type III Sum of Squares
|
df
|
Mean Square
|
F
|
Sig.
|
Corrected Model
|
71,599
|
5
|
14,320
|
8,210
|
0,000
|
Intercept
|
99492,159
|
1
|
99492,159
|
57045,401
|
0,000
|
Pembelajaran
|
10,386
|
1
|
10,386
|
5,955
|
0,016
|
KempSis
|
56,408
|
2
|
28,204
|
16,171
|
0,000
|
Pembelajaran*KempSis
|
1,796
|
2
|
0,898
|
0,515
|
0,599
|
Error
|
221,499
|
127
|
1,744
|
|
|
Total
|
125454,000
|
133
|
|
|
|
Correct Total
|
293,098
|
132
|
|
|
|
a. R
Squared = 0,244 (Adjusted R Squared = 0,215)
Kesimpulan
yang dapat diungkap dari Tabel 2 adalah:
a. Hasil
perhitungan nilai F untuk interaksi pembelajaran dan kemampuan matematika siswa
diperoleh nilai sebesar 0,515 dan p = 0,599. Nilai p ini lebih besar dari taraf
signifikan sebesar 0,05, sehinggaga dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol yang
menyatakan tidak ada interaksi antara faktor pembelajaran yang diberikan (POE
dan PMK) dengan faktor kemampuan matematika siswa ( tinggi, sedang, rendah)
diterima. Ini berarti bahwa rata-rata sikap siswa terhadap matematika siswa
dengan kemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah yang diajar melalui
pembelajaran dengan POE tidak berbeda secara signifikan dengan yang diajar
melalui pembelajaran dengan pendekatan PMK.
b. Hasil
perhitungan nilai F untuk faktor kemampuan matematika siswa sebesar 16,171 dan
p = 0,000. Nilai p ini lebih kecil dari taraf signifikan 0,05, sehingga dapat
disimpulkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan tidak terdapat perbedaan sikap
siswa terhadap matematika yang signifikan antar kelompok siswa dengan tingkat
kemampuan matematika yang berbeda ditolak. Ini berarti terdapat perbedaan sikap
siswa terhadap matematika yang signifikan antara siswa berkemampuan tinggi,
sedang dan rendah.
c. Hasil
perhitungan nilai F untuk faktor pembelajaran sebesar 5,955 dan p = 0,016.
Nilai p ini lebih kecil taraf signifikan0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
hipotesis nol yang menyatakan tidak terdapat perbedaan sikap siswa terhadap
matematika yang signifikan berdasarkan faktor pembelajaran ditolak. Dengan kata
lain terdapat perbedaan sikap siswa terhadap matematika yang signifikan antar
siswa yang memperoleh pendekatan pembelajaran berbeda.
Gambar
1 di bawah ini menunjukkan bahwa pembelajaran POE sesuai untuk semua tingkat
kemampuan matematika bagi siswa (tinggi, sedang, dan rendah ) dan siswa dengan
kemampuan matematika yang tinggi akan dapat memperoleh manfaat yang terbesar
dalam pembelajaran berdasarkan pendekatan POE jika dibandingkan dengan siswa
yang memiliki kemampuan matematika sedang dan kemampuan matematika rendah. Hal
ini dapat juga ditunjukkan melalui selisih rata-rata skor sikap siswa terhadap
kemampuan matematika antara siswa yang belajar dengan menggunakan pendekatan
melalui POE dan PMK berturut-turut siswa berkemampuan rendah ( 0,6190), sedang
(0,3274) dan tinggi (0,9371).
Pendekatan
pembelajaran yang lebih baik dalam meningkatkan sikap siswa SMP terhadap
matematika berdasarkan tingkat kemampuan matematika siswa dapat diketahui
melalui uji statistik dengan menggunakan uji t atau uji Mann-Whitney. Hasil
dari perhitungan uji t dirangkum pada tabel 3.
Estimated Marginal Means of
SkpPemMM
32
|
31
|
30
|
29
|
Rendah sedang Tinggi
Keterangan :
Pembelajaran
_____ POE
_____ PMK
Gambar
1. Interaksi
Faktor Pembelajaran dan Kemampuan Matematika Siswa terhadap Sikap Siswa pada Matematika.
Tabel 3. Rangkuman Hasil Uji t atau
Uji Mann-Whitney Pengaruh
Pendekatan
Pembelajaran Berdasarkan Sikap
Siswa Terhadap Matematika
Tingkat
Kemampuan Siswa
|
Pendekatan
Pembelajaran
|
Sikap terhadap
Matematika
|
|||
Perbedaan
Rata-rata
|
t atau U
|
p
|
H0
|
||
Tinggi
|
SMA;SMB
|
32,0909 >
31,1538
|
49,500
|
0,207
|
Terima
|
Sedang
|
SMA;SMB
|
31,0244 >
30,6970
|
547,500
|
0,144
|
Terima
|
Rendah
|
SMA;SMB
|
30,0000 >
29,3810
|
1,504
|
0,142
|
Terima
|
H0
: Tidak terdapat perbedaan sikap terhadap matematika antara pembelajaran yang
digunakan, berdasarkan kemampuan matematika siswa.
Tabel 3 di atas dapat memperlihatkan
bahwa hasil dari perhitungan nilai U untuk kelompok kemampuan matematika siswa
tinggi dan sedang berturut-turut sebesar 49,500 dan 547,500 dengan nilai p
masing-masing sebesar 0,207 dan 0,144. Nilai p ini lebih besar dari taraf
signifikan 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa hipotesis nol yang menyatakan
tidak terdapat perbedaan sikap siswa terhadap matematika antar pembelajaran
yang digunakan berdasarkan kemampuan matematika siswa diterima. Pendekatan
matematika open-ended (POE) sama
dengan pendekatan matematika konvensional (PMK) dalam meningkatkan sikap siswa
terhadap matematika pada tingkat kemampuan matematika siswa tinggi dan sedang.
Siswa dengan kemampuan matematika
rendah diperoleh nilai t sebesar 1,504 dengan nilai p sebesar 0,142. Nilai p
ini lebih besar dari taraf signifikan 0,05, sehingga dapat disimpulkan bahwa
hipotesis nol yang menyatakan tidak terdapat perbedaan sikap siswa terhadap
matematika antar pembelajaran yang digunakan berdasarkan kemampuan matematika
siswa diterima. Siswa berkemampuan matematika rendah yang diajar berdasarkan
pendekatan matematika open-ended (POE)
memiliki sikap positif terhadap matematika yang tidak berbeda secara signifikan
dibandingkan dengan siswa berkemampuan matematika yang sama tetapi diajar
berdasarkan pendekatan matematika konvensional (PMK).
Sikap siswa terhadap matematika
berupa sikap yang memuat sembilan komponen yaitu:
a. Kepercayaan
diri dalam belajar matematika
b. Kecemasan
dalam belajar matematika
c. Kegunaaan
matematika
d. Sikap
terhadap keberhasilan
e. Dorongan
untuk berhasil dalam matematika
f. Persepsi
terhadap sikap dan dorongan guru matematika
g. Persepsi
terhadap sikap dan dorongan ibu
h. Dorongan
terhadap pendekatan pembelajaran yang digunakan.
Hasil
penelitian menunjukkan bahwa secara umum sikap siswa terhadap matematika cukup
positif. Komponen sikap terhadap keberhasilan (d) mempunyai rata-rata skor
tertinggi baik untuk POE (3,67) maupun PMK (3,45), hal ini menunujukkan bahwa
siswa memiliki sikap lebih positif dan menghargai terhadap keberhasilan dalam
kehidupan sehari-hari. Rata-rata skor terendah pada komponen kecemasan dalam
belajar matematika (b) untuk POE (3,15) dan PMK (3,25), serta komponen dorongan
untuk berhasil dalam matematika (e) untuk PMK (3,25).
Siswa
yang memperoleh pembelajaran matematika dengan pendekatan open-ended (POE) mempuyai
sikap terhadap matematika lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan
siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan pendekatan konvensional (PMK).
Hal ini terlihat dari perbedaan rata-rata skor sikap siswa yang pembelajarannya
berdasarkan pendekatan open-ended,
POE sebesar 30,7576 lebih tinggi dibandingkan dengan pembelajaran berdasarkan
pendekatan konvensional, PMK sebesar 30,3134.
Sikap
siswa yang ditinjau berdasarkan pada kelompok tinggi, sedang dan rendah
memiliki perbedaan perolehan skor yang relatif sama antara siswa yang
pembelajarannya berdasarkan pendekatan matematika open-ended dengan siswa yang pembelajarannya berdasarkan pendekatan
matematika konvensional. Perolehan terbesar pada kelompok matematika tinggi
yakni 32,09 dan 31,15; kelompok sedang sebesar 31,02 dan 30,69; kemudian
kelompok rendah sebesar 30,00 dan 29,38. Temuan ini menggambarkan bahwa dengan
menerapkan pendekatan matematika open-ended
dalam proses pembelajaran matematika bagi siswa sekolah menengah pertama
berpeluang dapat mengupayakan sikap yang baik terhadap matematika.
Peninjuan
terhadap aspek sikap terhadap matematika diketahui bahwa siswa memiliki 7 aspek
sikap baik terhadap matematika melalui pembelajaran dengan pendekatan open-ended dibanding 2 aspek untuk
pembelajaran konvensional. Aspek sikap positif terhadap matematika yang lebih
baik dimaksud adalah (c) kegunaan matematika. (d) sikap terhadap keberhasilan,
(e) dorongan untuk berhasil dalam matematika, (f) persepsi terhadap sikap guru,
(g) persepsi terhadap dorongan guru mateamtika, (h) persepsi terhadap sikap dan
dorongan ibu, (i) dorongan terhadap pendekatan pembelajaran yang digunakan.
Penelitian
mengungkapkan bahwa tidak terjadi interaksi antara faktor pembelajaran dengan
faktor kemampuan matematika siswa terhadap sikap siswa terhadap terhadap
matematika. Siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan pendekatan open-ended (POE) mempunyai sikap
terhadap matematika lebih baik secara signifikan dibandingkan dengan siswa yang
memperoleh pembelajaran matematika konvensional (PMK). Temuan ini
mengisyaratkan tentang pentingnya pembelajaran matematika dengan pendekatan open-ended di sekolah menengah pertama.
Faktor kemampuan siswa yang ditinjau menunjukkan bahwa pembelajaran matematika open-ended dapat mengupayakan sikap
siswa terhadap matematika yang berbeda. Kemampuan matematika awal siswa yang
semakin baik akan memungkinkan keberhasilan penerapan pendekatan open-ended dalam mengupayakan sikap
positif siswa terhadap matematika. Upaya penyiapan kemampuan awal siswa dalam
belajar matematika dengan pendekatan open-ended
(POE) perlu dilakukan agar siswa memiliki sikap yang lebih baik terhadap
mateamatika itu sendiri.
BAB III
KESIMPULAN dan SARAN
3.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil penelitian dan pembahasan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut:
a. Siswa
yang memperoleh pembelajaran matematika dengan pendekatan open-ended mempunyai sikap terhadap matematika lebih baik secara
signifikan dibandingkan dengan siswa yang memperoleh pembelajaran matematika
konvensional.
b. Siswa
berkemampuan matematika tinggi, sedang dan rendah yang memperoleh pembelajaran
matematika dengan pendekatan open-ended
mempuyai sikap terhadap tidak berbeda secara signifikan dibandingkan dengan
siswa yang memperoleh pembelajaran matematika dengan pendekatan konvensional.
c. Interaksi
tidak terjadi antara faktor pembelajaran dengan faktor kemampuan matematika
siswa dalam hal sikap terhadap matematika.
3.2 Saran
a.
Penelitian ini menunjukkan bahwa
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan open-ended
dapat menumbuhkan sikap positif terhadap matematika.
b.
Bahan ajar yang lebih menarik perlu
dirancang berdasarkan permasalahan terbuka yang merupakan syarat awal yang harus
dipenuhi sebagai pembuka belajar maupun rangsangan awal dalam proses
pembelajaran yang dilaksanakan untuk menunjang keberhasilan implementasi
pendekatan POE.